Allah; perintah dan laranganNya

12.18.00

Waktuku habis untuk mendesign blog hingga membuat aku lupa dengan tugas menulis dua halaman setiap hari. Jadwal “hal yang harus kulakukan” – pun jadi berantakan karena sering tidur larut malam. Aku harus merapihkannya secepat mungkin agar denda yang harus kubayar karena tidak memenuhi target tidak terjadi bulan ini.
Aku tak boleh pesimis dalam menjalani hidup. Aku harus optimis meski hidup sangatlah pahit. Meski kenyataan tak seringkali tidak berbanding lurus dengan imajinasi. Masih ada Allah yang menjagaku setiap waktu dan tak pernah ingkar janji terhadap hambaNya. Tugas seorang hamba hanyalah taat kepadaNya dengan sekuat tenaga dan menjauhi laranganNya. Dan Allah sudah mengatur rejeki setiap manusia seluruhnya. Baik itu yang beriman kepadaNya atau kufur. Dan tugas manusia lagi – lagi hanyalah berusaha sekuat tenaga dalam mencari rejeki tersebut. Jika ia sekuat tenaga mencarinya, maka Allah akan memberikan dengan sekuat tenaga juga. Begitu juga sebaliknya. Artinya, seberapa besar usaha manusia, sebesar itulah Allah akan memberikan rejekiNya.
Allah tak pernah salah dalam memberikan rizky. Hanya saja, manusia sering lalai dalam mensyukuri nikmat yang telah Ia berikan. Sering tidak mematuhi perintahNya. Padahal, Dialah maha pemberi rejeki. Kadangkala, kita lebih takut kepada bos atau manusia yang lebih dari kita, daripada perintah Allah. Lebih takut terlambat masuk kerja ketimbang terlambat melaksanakan sholat. Itulah manusia kebanyakan. Meski begitu, taat atau ingkarnya manusia tak sedikitpun merugikanNya atau mengurangi kekuasaanNya. Malah, manusia sendiri yang akan rugi jika tidak mentaati perintahNya. Entah itu kerugian didunia atau diakhirat. Bahkan bisa jadi keduanya. Na’udzubillahi min dzalik. semoga pembaca tidak mendapatkan adzabNya.
Sejatinya, banyak peringatan yang sudah Allah berikan kepada manusia agar mereka mau mentaati perintahNya. Baik secara langsung – dengan kejadian yang menimpa langsung kepada manusia yang ingkar, atau secara tidak langsung – dengan cara menceritakan kisah – kisah masa lampau yang terdapat dalam alqur’an atau hadits Nabi SAW.
Seharusnya, cukuplah kejadian – kejadian yang menimpa kepada suatu kaum mampu menyadarkan betapa Maha Kuasanya Dia dan betapa amat ruginya manusia jika mengingkari kebesaranNya. Sebagaimana Fir’aun dan bala tentaranya yang diadzab olehNya karena ia mengaku Tuhan (An Naziat: 24 – 25). Jikalau demikian, janganlah salahkan siapa – siapa. Salahkanlah diri sendiri mengapa tidak bersegera bertaubat demi menunda turunnya adzabNya.
Kalau sudah turun adzabNya, bukan hanya orang yang ingkar yang terkena adzabNya. Tapi juga seluruh penghuni suatu kaum atau tempat atau negara tersebut. Ya, tidak pandang bulu. Apakah penghuni tempat tersebut ada orang beriman atau tidak. Makanya, orang yang beriman sangat peduli kepada kaum yang ingkar. Sebab, bisa jadi mereka juga terkena adzab Allah. Padahal, bisa jadi, mereka sendiri tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Terlebih, jika sekelompok kaum beriman tidak perduli lagi dengan lingkungannya. Hanya fokus kepada diri sendiri. Hanya beribadah untuk dirinya sendiri tanpa melakukan dakwah seperti mengajarkan sesuatu yang berujung kepada mengerjakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Dakwah itu tak perlu berat – berat. Cukuplah dengan cara mengajak seseorang tersebut membersihkan lingkungannya atau kerja bakti. Itupun bisa termasuk dakwah. Insya Allah. Karena ada sebuah pepatah berbahasa arab yang berbunyi, “annadzoofatu minal iimaan. Kebersihan itu sebagian dari iman. Dan kebersihan mencerminkan keindahan, “innallaha jamiilun yuhibbul jamaal". Begitulah.




  • Share:

You Might Also Like

3 komentar

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho