kembali dari kevakuman yang cukup lama

08.49.00

Aku kembali dari kevakuman menulis yang cukup lama. Sekitar sebulan lebih. Mungkin dua bulan. Banyak peristiwa yang terjadi dalam waktu sebulan itu dan patut dicatat dalam blogku ini. Hanya saja, aku tak ingin menuliskannya disini. Tak ada yang menarik bagiku. Semuanya sama. Tak ada yang beda.
Seperti biasa, aku menulis diblog ini acak saja. Bahkan mungkin akan membingungkan untuk dibaca. Tapi tak apa. Bagiku, konsisten menulis untuk blog seminggu sekali saja sudah jadi pencapaian yang baik.
Banyak hal menarik yang terjadi dalam sebulan ini. Tentu menarik juga untuk diurai dan diberi ulasan sebagai informasi kepada pembaca. Namun aku lemah dalam hal ini. Aku tidak bisa membuat tulisan runtut yang menarik untuk dibaca. Aku bukan penutur kisah yang baik. Bahkan bisa jadi membingungkan. Aku menjadikan menulis sebagai ekspresi jiwa terdalam. Sebagai tempat untuk menyebarkan gagasan tentang apa yang terjadi disekitar. Syukur – syukur bisa menginspirasi banyak orang.
Toh lagipula, aku sangat suka sekali dunia tulis – menulis. Bolehlah dikerucutkan lagi kepada dunia sastra. Kebetulan 80 % dari buku yang kupunya bermuatan sastra. Kebanyakan novel. Bukan kebetulan aku mengoleksi karya sastra sebab aku sendiri memang bercita – cita bisa menjadi penulis sastra. Aku ingin menulis cerita panjang setebal ratusan halaman layaknya penulis novel lainnya. Untuk saat ini aku baru menulis beberapa cerpen, puluhan puisi dan beberapa halaman yang kuniatkan untuk jadi cerpen. Beberapa dari cerpen dan puisi sudah aku publikasikan ke khalayak ramai. Mencoba mencari tanggapan dari karya yang kubuat. Saat semester satu, aku cukup produktif menulis. Tapi untuk saat ini aku sedikit menurun produktifitasnya. Disebabkan karena ketidak percayaan diri yang menguasai hati. Ada perasaan didalam hati, “tulisan lu itu enggak bagus. Ngapain di publikasiin?! Terkadang, ada lagi celetukan, “hati – hati. Perhatikan dulu tulisan kamu. Berbahayakah untuk banyak orang? ”untuk yang kedua seringkali terjadi saat ini. Aku takut menyinggung orang lain. Tak apa jika hanya dimaki – maki di media sosial, lah, kalau sampai diseret kepenjara? Bisa berabe urusan. Meskipun begitu aku mencoba membujuk diriku sendiri untuk menulis saja dulu. Urusan dimaki – maki dan lain sebagainya dipikirkan nanti. Bisa sedikit teratasi setelah aku bicara begitu didalam hati meski tidak selalu.
Ya, aku takut terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi. Padahal, setiap profesi memiliki resiko yang sama besarnya. Jadi pengusaha, bisa jadi bangkrut. Jadi guru, ada kemungkinan dipecat. Jadi politisi, takut ditangkap polisi. Jadi polisi, dipecat atasan. Dan lain sebagainya. Tak ada yang tidak memiliki resiko. Diampun ada resikonya. Yaitu kesambet. Eh, itu mah bukan profesi ya. Hehehehe.
Yang pasti, ada sebuah perjuangan tersendiri agar aku bisa konsisten menulis setiap hari. Terkadang kesibukan membuat aku kesulitan cari waktu yang tepat untuk menulis. Selain kuliah, aku adalah seorang aktivis rohis kampus. Tidak jarang aku pulang malam atau nginap dikampus. Pulang, sudah capek. Tidur. Istirahat. Sudahlah, itu bukan sebuah alasan yang menjadikan aku berhenti untuk menulis. Sebab, saat aku sudah mengazzamkan diri untuk jadi penulis, maka tidak ada pilihan lain untuk konsisten dalam menjalani sebuah pilihan. Baik – buruknya mestinya sudah terpikirkan dari awal saat aku memutuskan sebuah pilihan tersebut. Dibaca atau tidak, biarlah orang lain yang tentukan. Yang penting bagiku adalah konsisten menulis dan menyebarkan gagasan dalam bentuk cerita fiksi. Syukur – syukur diterima masyarakat. Apalagi jadi best seller, wah, itu impian semua penulis. Yang artinya, tulisanku bermanfaat untuk banyak orang.



  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho