catatan idul fitri

02.45.00

Saat aku menulis catatan ini, tertanggal 17 Juli 2015 jam 4:29. Sembari mendengar ceramah ilmiah dari DR. Adian Husaini tentang islamisasi ilmu pengetahuan yang kudownload dari Youtube.
Aku senang sekali membaca dan mendengarkan ceramahnya karena pemikirannya sejalan dengan pemikiranku sendiri; ingin menghancurkan liberalisme dan teman – temannya secara ilmiah dan menggantinya dengan ideologi islam yang baik dan benar. Caranya adalah DeIslamisasi dan Dewesternisasi kemudian melakukan Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Yang artinya membuang “bersih” segala hal yang berseberangan dengan ideologi islam seperti liberalisme dan sejenisnya.
Gema takbir terdengar dari setiap masjid rumah merayakan kemenangan karena sudah menjalani ibadah puasa selama sebulan. Aku belum tidur dari semalam. Ingin tidur tapi takut ketinggalan sholat shubuh berjamaah. Aku melek – melekkan mata demi mendapat pahala jamaah. Kujadikan ia rutinitas sehari – hari. Mengharap keberkahan menyelimuti diri.
Tak banyak orang yang dapat keberkahan dalam hidup. Banyak orang yang cantik, ganteng, punya kemewahan dunia tapi hidupnya blangsak; terjerat narkoba, kecanduan alkohol atau kena penyakit kronis yang tak pernah ada ujungnya. Tapi ada juga yang hidupnya pas – pasan; uang yang dipunya hanya untuk kebutuhan dihari itu saja. Pakaiannya amat sangat sederhana. Begitu juga rumahnya tapi ia tenang – tenang saja. Seperti tidak mempunyai beban hidup yang berarti. Entah apa rahasianya. Tapi yang kutahu, selama seorang manusia selalu berusaha mendekati Tuhan, Insya Allah hidupnya akan berkah. Meski secara definitif aku tidak tahu pasti apa itu berkah. Karena aku sendiri belum merasakan apa itu berkah. Aku hanya berusaha untuk selalu bersyukur sembari berusaha untuk semakin dekat dengan Tuhan. Setidaknya kewajiban tidak pernah ditinggalkan. Seperti sholat lima waktu, puasa ramadhan dan tidak menyakiti orang lain meski pasti ada saja yang tersakiti secara tidak sengaja.
Lisan ini kadang suka tergelincir. Ada saja kalimat yang menyakitkan hati. Padahal sudah direm sekuat tenaga. Hanya istighfar dan kalimat maaf yang mampu menghapus dosa. Apakah dimaafkan atau tidak, itu lain soal. Kita hanya diwajibkan meminta maaf kepada orang yang tersakiti hatinya karena lisan.
Kitapun pasti tidak bisa menghitung berapa banyak orang yang tersakiti hatinya karena lisan. Sebab kita juga tidak pernah tahu perasaan orang. Ada saja orang yang pintar menjaga hati; terlihat riang, padahal didalam hati sakit.Ingin memukul tapi tak bisa. Membalas celaan pun ia tahan sekuat tenaga.
Kembali ke soal islamisasi ilmu pengetahuan. Sedikit banyak aku mulai paham akan hal tersebut. Mengislamkan ilmu pengetahuan bukan berarti, saat seseorang membuat telpon selular, misalnya, dinamakan alfatihah. Bukan. Yang dimaksud mengislamkan ilmu pengetahuan adalah menghilangkan unsur – unsur sekular dalam belajar ilmu pengetahuan umum. Semangatnya adalah karena Allah. Jadi, saat belajar ilmu pengetahuan umum, misalkan belajar psikologi, ia bukan lagi belajar karena hanya ingin tahu saja. Tapi karena, misalkan, ia ingin tahu mengapa orang yang suka maksiat bisa menjauh dari Tuhan.
Sekarang ini banyak umat islam yang terserang penyakit Sekularisme dan teman – temannya. Mengaku beragama islam tapi tidak pernah sholat. Belajar agama bukannya tambah yakin malah tambah keblinger. Bukannya mendukung tegaknya syari’at Islam tapi malah mencela orang yang ingin menegakkan syari’at. Dan orang – orang seperti ini malah dicitrakan oleh media seakan – akan dialah orang baik. Aku adalah orang pertama yang akan “menghancurkan” otak orang yang seperti ini. Bismillah.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho