masalah

03.22.00

Lidah mudah tergelincir jika sudah tersulut emosi. Perlu ketenangan dalam menghadapi semua masalah. Terkadang masalah datang tanpa kita duga. Dan kita dituntut untuk menyelesaikannya dengan segera. Hanya dengan hati yang muthma’innah sajalah yang mampu menyelesaikannya dengan baik dan tuntas.
Kita pasti tidak akan luput dari masalah dan tidak diperbolehkan lari dari masalah kalau tidak ingin disebut sebagai pecundang. Dan lagipula, dengan datangnya sebuah masalah akan meningkatkan tingkat kedewasaan seseorang. Apakah ia bertanggung jawab atau tidak.
Memang masalah itu sangat tidak enak. Tapi akan sangat memuaskan jika mampu mengatasinya dengan baik. Pastinya akan datang masalah lagi yang baru dan lebih berat dari sebelumnya. Begitulah seterusnya. Sampai ajal menjemput. Tapi tenang saja, Allah tidak akan memberi sebuah masalah tanpa petunjuk untuk memecahkannya. Selama selalu meminta petunjuk kepadaNya, pasti mampu untuk diselesaikan. Seperti yang tertera dalam alqur’an surat al baqarah ayat 286 yang artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Maka dari itu, banyak ulama yang menganjurkan untuk selalu memperbaiki hubungan baik dengan Allah jika ingin sebuah masalah tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Karena memang pada dasarnya manusia itu adalah makhluk yang dho’if alias lemah. Dan manusia selalu membutuhkan orang lain dalam menyelesaikan masalahnya. Makanya banyak sosiolog menyebutkan kalau manusia itu makhluk sosial. Bohong jika ada yang menyebutkan kalau seseorang itu bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Kecuali ia adalah seorang Tarzan yang hidupnya ada dihutan.
Bicara tentang hutan, aku jadi teringat dengan kondisi alam yang ada di indonesia. Masifnya pembangunan yang ada diindonesia mengakibatkan kondisi alam jadi rusak. Pembangunan hotel – hotel dan semacamnya tidak diimbangi dengan penanaman kembali pohon yang telah ditebang. Pantaslah jika indonesia sering dilanda bencana. Terlebih di Jakarta. Hujan sedikit saja, banjir akan menggenang. Belum ada program jitu untuk mengurangi itu. Dan juga macet. Sudah jadi rahasia umum kalau Jakarta adalah kota yang rawan macet. Sama seperti banjir, belum ada program jitu untuk mengurangi banjir.
Kalau aku boleh menyarankan ke pemprov DKI Jakarta, sudah saatnya kita mengurangi jumlah kendaraan yang lalu lalang disini. Batasi jumlah kendaraan yang dimiliki setiap keluarga. Misal, setiap keluarga hanya diperbolehkan untuk mempunyai dua motor dan satu mobil. Kemudian, alihkan setiap pemakai kendaraan pribadi ke transportasi umum. Insya allah, lambat laun akan terurai kemacetan yang ada dijalan. Dan Jakarta pastinya akan sedikit lebih lengang.
Entahlah, semoga pemprov DKI Jakarta membaca tulisan ini. Karena ini adalah jeritan pilu dari rakyat yang sudah bosan dengan kemacetan yang semrawut dijakarta. Semoga kedepannya banjir dan macet bisa terurai dan aku – sebagai warga Jakarta – bisa menikmati jalanan yang bebas hambatan dan tidak lagi harus berpeluh dijalanan hanya karena ada beberapa kendaraan saling silang dipertigaan jalan.
Biasanya, kondisi tersebut memicu seseorang untuk membunyikan klakson motornya. Otomatis emosi seseorang akan meningkat. Jika ini dibiarkan, orang tersebut akan fokus kepada emosi. Bila ini tidak diimbangi dengan istighfar, akan kacau. Bakal berantem yang ada. Mending kalau hanya adu mulut. Kalau adu jotos, urusannya bisa ke rumah sakit.




  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho