masalah, part 2

21.05.00

Kadang kita terlalu mudah dalam menanggapi sebuah masalah. Ada yang acuh tak acuh – membiarkannya sampai membesar dan “pecah” dengan sendirinya, ada yang langsung mencoba untuk menyelesaikannya sesegera mungkin, ada juga yang berdiam diri sejenak kemudian mencari strategi agar masalah tersebut bisa terselesaikan satu persatu.
Dua yang terakhir itu lebih baik daripada yang pertama disebutkan. Karena dari masalah yang timbul akan mencerminkan siapa dirimu sebenarnya. Apakah bisa dianggap bertanggung jawab, atau disebut sebagai orang yang lalai dalam menjalani sebuah tanggung jawab. Tak harus sempurna dalam menyelesaikan masalah tersebut, yang penting mau berusaha dan selalu mencari jalan agar masalah tersebut bisa terselesaikan dengan baik. Setidaknya berkurang. Karena ada kemungkinan masalah lain dan lebih besar datang lagi.
Seperti ayat yang disebutkan dalam postingan sebelumnya, percayalah, Allah tidak akan memberikan beban yang tidak akan bisa diselesaikan oleh para hambaNya. Selama hambaNya tersebut selalu menjalani perintahNya, pasti Allah akan memberikan jalan yang tak diduga.
Ya, salah satu perintah yang seringkali dilalaikan manusia sebagai hambaNya yang lemah adalah sholat lima waktu.
Padahal sholat adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi oleh manusia yang mempercayai bahwa Allah sebagai Tuhan yang patut disembah. Dan hal tersebut tidak ada tawar menawar lagi dalam Islam. Selama sholatnya baik, akan dimudahkan untuk masuk surga. Tapi jika sholatnya berantakan, akan kesulitan untuk memasukinya – kalau tidak dibilang tertutup.
Mudah saja kita berkata, “islam is my way”. Atau, “dengan islam, kita akan bahagia”. Tapi jika tidak sholat, apalah gunanya. Sebab, orang liberalpun suka melakukan sesuatu atas nama islam tapi, jika datang waktu sholat, ia jadi kaku. Tidak berdaya. Tidak tergerak hatinya untuk melaksanakan sholat. Cukuplah sholat sebagai penanda bahwa ia liberal atau tidak. Kita, sebagai orang yang lebih mengetahui agama, harus mendakwahkannya kepada orang tersebut. Sebab, hal ini menjadi massif dikalangan orang islam sendiri. Entah ia memang tidak tahu, atau dia sudah tahu tapi karena sudah termakan dengan ideologi diluar islam dan memperjuangkannya, ia jadi liberal. Banyak ideologi diluar islam yang dipaksakan masuk ke tubuh umat islam. Kita – sekali lagi, sebagai orang yang lebih mengetahui agama, harus membersihkan itu semua.
Kebanyakan orang – orang islam yang – termakan oleh ideologi diluar islam – karena ilmu agama mereka tidak kuat. Aqidah Tauhidnya belum kokoh. Tapi malah mau mempelajari filsafat – filsafat barat yang lebih mengedepankan logika berfikir daripada Wahyu. Lebih mengedepankan akal daripada apa yang terkandung didalam Alqur’an, hadits Nabi dan pendapat ulama salafussholih. Padahal seharusnya apa yang terkandung didalam alqur’an tersebut harus dikedepankan terlebih dahulu dibanding akal. Bahkan, jika sekiranya ada sebuah logika berfikir yang tidak sejalan dengan Alqur’an, maka Alqur’anlah yang harus didahulukan.
Ah sudahlah, ini adalah permainan logika semata. Tapi aku harus bisa menjawab hal yang seperti ini, karena ini adalah virus yang sangat berbahaya di tubuh islam. Ia bisa jadi duri dalam daging. Sepertinya baik tapi malah merusak. Sepertinya maslahat tapi malah membawa madhorot.
Sedari awal aku mengenalnya, aku jadi ingin menghancurkannya. Kiyaiku juga sangat menentang pemahaman liberal seperti ini. Dilain hari, mungkin aku akan menjelaskan lebih lanjut tentang pemahaman liberal.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho