sekularisasi dalam agama

13.10.00

Awalnya aku tertarik membaca buku yang bertema sekularisme, liberalisme dan pluralisme. Karena pada waktu itu komunitas Jaringan Islam Liberal sedang berkembang dan mewarnai jagat pemikiran islam di indonesia. Banyak tokoh – tokoh agama yang menentang ketiga isme tersebut. Terutama pengasuh Pondok Pesantren tempatku menimba ilmu. K. H Syukron Ma’mun.
Aku baca buku – buku dan tulisan – tulisan yang menyimpang tersebut dengan tujuan mengapa mereka bisa berpikiran seperti itu. Pada waktu itu aku salah. Sebab aku tidak mencoba untuk menangkalnya. Aku terbawa pemikiran yang nyeleneh tersebut meski tidak berimbas memperjuangkannya. Hanya merasa terombang – ambing saja dengan pemikiran tersebut.
Tapi sekarang lain lagi urusannya. Aku bisa menangkal hal tersebut. Sedikit demi sedikit aku mulai memahami mengapa mereka berpikir seperti itu tanpa harus terbawa paham – paham yang menyimpang. Dan aku ingin sekali “membersihkan” otak orang – orang yang berpikiran menyimpang dan coba mengenalkan pemahaman yang islami sembari mencoba membangun sedikit demi sedikit peradaban islam.
Islamic worldview. Sebuah kalimat yang aku kenal baru – baru ini. Pencetusnya adalah Syed Naquib Al – attas. Seorang teolog dan sejarahwan melayu berkebangsaan Malaysia. Dari penuturan muridnya, beliau ingin menghancurkan hegemoni barat yang menyimpang dari islam. Dan menggantinya dengan peradaban islam yang berlandaskan alqur’an dan sunnah.
Sejauh yang kupahami, Islamic worldview adalah sebuah paham yang ingin membersihkan isme – isme yang tidak sejalan dengan islam. Seperti liberalisme, pluralisme dan sekularisme. Dan menggantikannya dengan paham yang sejalan dengan alqur’an.
Sekarang ini, banyak isme – isme baru yang mulai bermunculan dan tidak sejalan dengan alqur’an. Seperti liberalisme. Sebuah paham yang menyatakan bahwa semua agama sama dan berhak masuk surga.
Orang yang memiliki pemahaman islam yang benar, pasti akan geleng – geleng kepala. Tidak ada dalil yang menjelaskan tentang itu. Maupun itu dari alqur’an atau hadits nabi. Bahkan dari ulama – ulama kontemporer sekalipun. Tapi seorang yang berpikiran seperti itu pasti menolak. Dengan segala cara dia akan mempertahankan pendapatnya dan menukil pendapat – pendapat ulama salaf secara sembarangan. Seperti yang dilakukan oleh seorang aktivis JIL pada dialog terbuka antara Jaringan Islam Liberal dengan Forum Kiyai Muda di Sidoarjo*. Ia mengutip pendapat ulama salaf yang bernama Ar – razy secara serampangan dan keluar dari konteks yang dibicarakan. Untungnya, bisa dipatahkan oleh salah seorang ulama NU dengan argumennya yang tangkas.
Meski sudah lama – dialog tersebut berlangsung tanggal 11 oktober 2009 – tapi cukup relevan hingga saat ini jika dikaitkan dengan liberalisasi dalam pemikiran umat islam.
Secara perlahan, umat islam digiring ke arah liberalisasi pemikiran yang dalam istilah arabnya adalah ghozwul fikri alias perang pemikiran. Yang, kalau ini dibiarkan terus – menerus, akan mengakibatkan ghiroh umat islam jadi lemah. Tak ada lagi rasa keinginannya untuk membela agama. Bahkan, kalimat jihadpun jadi momok menakutkan bagi umat islam sendiri.
Lihat saja saat ini. Tatkala seorang gubernur non – islam berkuasa dan ingin membuat lokalisasi prostitusi dijakarta. Ada beberapa orang yang beragama islam, dengan berbagai dalih, mengaminkan gagasannya. Bahkan pemuka agama yang sering wara – wiri ditelevisipun keracunan pemikiran nyeleneh sang gubernur tersebut. Tak habis pikir aku mendengarnya.
Innalillahhi wa innaa ilaihi rooji’un.
*kalau anda berkesempatan membuka youtube, silahkan search video dialog terbuka Jaringan Islam Liberal vs Forum Kiyai Muda.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho