obsesi seorang (calon) penulis

05.02.00

Seharusnya dengan menulis diblog, sifat elastisitas dari tulisanku bisa memelar sesuka hati. Tidak seperti menulis untuk sebuah artikel dikoran atau buku yang harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. Seharusnya, dengan menulis diblog, aku bisa menulis apa saja tanpa terpaku dengan aturan. Toh, tidak ada yang akan mengedit tulisanku kecuali diriku sendiri. Takkan ada orang yang membuang tulisanku kecuali diriku sendiri. Tapi nyatanya, tetap saja aku masih kesulitan dalam menulis. Aku takut, tulisanku tidak ada yang baca. Aku takut, tulisanku tidak menarik. Aku takut, ejaan atau bahasa yang kugunakan tidak bagus atau tidak membuat orang yang membacanya paham. Aku takut, tulisanku tidak membuat orang tertarik dan penasaran dengan kalimat – kalimat yang kusulam menjadi sebuah paragraf. Dan masih banyak ketakutan lainnya yang jika kuurai akan menjadi sebuah judul tersendiri. Apakah seorang pengarang terkenal macam Asma Nadia atau Habiburrahman El Shirazy masih mempunyai ketakutan yang sama denganku? Atau, saat mengarang Ayat – Ayat Cinta yang fenomenal tersebut, apakah Kang Abik tidak berharap apa – apa kecuali berkarya? entahlah. hanya dia yang tahu.
Jujur saja, saat aku menulis, aku punya harapan yang cukup tinggi. Berharap, dengan memposting tulisan diblog, membuat mata dunia menoleh kepadaku. Setidaknya, orang – orang terdekatku jadi paham tentang diriku. Untuk yang kedua ini, sedikit – banyak mungkin membuat orang jadi paham tentang diriku. Mengetahui apa yang ada dalam pikiranku saat ini. Tapi aku belum puas. Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin, dengan menulis diblog, followerku di twitter jadi bertambah banyak. Banyak yang mention, sekedar menanyakan kabar atau berkomentar tentang cuitanku twitter. Status difacebook banyak yang nge – like dan dikomentari banyak orang. Dan lain sebagainya. Mungkin aku harus berusaha lebih dari penulis atau blogger lainnya dan harus konsisten menulis.
Tidak haram kan berharap seperti itu?
Sah – sah saja bukan?
Atau mungkin, para penulis tidak terkenal sana, harapannya sama denganku. Ingin menjadi terkenal seperti Raditya Dika atau Habiburrahman El Shirazy yang sangat menginspirasi sekali.
Ah sudahlah. Sebaiknya menulis saja yang konsisten. Ketenaran akan datang dengan sendirinya.
Hm...... aku jadi berfikir sendiri. Waktu kelas tiga dipesantren kemarin, saat aku berazzam untuk jadi penulis, apa yang kunginkan dari menulis? Ketenarankah, atau dapat uang yang banyak dari menulis? Saat itu yang kuketahui, aku ingin menjadi penulis karena terinspirasi dari Chairil Anwar Si Binatang Jalang itu. Dengan sikap invidualistis dan vitalitas yang ia punya , ia bersikap akan hidup dijalur seni. Terutama puisi. Meski sampai akhir hayatnya ia tidak pernah kaya. Bahkan sampai kekurangan uang. Tapi paling tidak, ia tidak bisa didikte oleh siapapun. Tidak munafik dengan menyembah – nyembah uang. Sikapnya yang bohemy – meski buruk – menegaskan sikapnya yang individual. Orang yang cocok dengannya diluar negeri mungkin adalah Kurt Cobain. Sayang, keduanya mati muda. Mungkin jika keduanya masih hidup, mereka akan menjadi “dewa” dalam dunia mereka masing – masing. Kurt cobain dalam dunia musik – terutama yang bergenre grunge – sedangkan Chairil Anwar didunia kepenyairan atau seni. Atau, mungkin juga mereka akan berubah haluan menjadi “pria baik – baik” dengan gaya hidup normal seperti manusia pada umumnya.
Sekali lagi, entahlah. Lagipula, ini hanya khayalan. Hal – hal yang tidak akan terjadi dimasa lampau, tidak akan terulang lagi. Kecuali didunia anime. Ya, dalam kartun Doraemon yang sering ditayangkan ditelevisi.
Selamat malam.
23;40
20/02/2015

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho