sudahkah kita menghargai perjuangan mereka?!

06.25.00

Tidak terasa umur kemerdekaan Indonesia mencapai 69 tahun. Jika itu diibaratkan manusia, umur segitu sudah sepuh. Sudah kakek – kakek. Banyak hal yang dilakukan oleh orang terdahulu kita demi kemerdekaan Indonesia. Yang berada dijalur politik, mereka gunakan jalur diplomasi untuk mengusir penjajah. Yang bisa memanggul senjata, mereka angkat bambu yang diruncingkan ujungnya untuk mengusir mereka. Sudahkah kita berterima kasih kepada mereka? Apa yang sudah kita lakukan untuk sekedar menghargai keringat dan darah para pejuang? Sepertinya tidak bisa kita bandingkan pengorbanan para pejuang terdahulu dengan apa yang sudah kita lakukan sekarang. Alih – alih menghargai, justru kita malah membuat malu bangsa kita sendiri. Korupsi dimana – mana, pemerkosaan jadi santapan sehari – hari. Perampokan dan pembunuhan selalu kita konsumsi di televisi. Bahkan terakhir kubaca dari sebuah portal berita, ada sebuah tulisan graffiti di gunung Fuji, Jepang*. Hanya sedikit berita tentang prestasi anak bangsa muncul. Bahkan terkesan seperti malu – malu kucing.
Meski begitu, aku masih tetap cinta Indonesia. Walau bagaimanapun bobroknya, ia tetaplah tanah airku. Ditanah ini aku dilahirkan dan ditanah ini pula aku berjuang. Setidaknya aku harus memberikan setitik optimisme dan secercah harapan bahwasanya bangsa Indonesia bisa berdiri sejajar dengan bangsa lain. Mereka harus melihat kita dengan mata memuliakan, bukan lagi merendahkan. Mereka harus tahu bahwa Indonesia adalah bangsa yang cerdas lagi tinggi harga dirinya. Mereka harus tahu itu!
Agar kita bisa menghargai kerja keras para pejuang terdahulu, alangkah baiknya kita mengenang sekelumit kisah perjuangan mereka. Khususnya, detik – detik saat Indonesia mau merdeka. Peristiwa Rengasdengklok.
Awalnya, sebelum Indonesia merdeka, Jepang dilanda kekalahan perang akibat dua kota mereka, Nagasaki dan hiroshima, dibom atom oleh pihak sekutu pada tanggal 6 dan 9 agustus. Saat Jepang melemah, golongan muda ingin memanfaatkan momen tersebut untuk menyatakan kemerdekaannya dari penjajahan jepang. Pada tanggal 16 agustus pukul 3 pagi, golongan muda yang diwakili oleh Soekarni, Wikana dan Chairul Saleh menculik Bung karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk meyakinkan mereka bahwasanya hanya inilah kesempatan satu – satunya jika ingin lepas dari penjajahan Jepang. Bung Karno menolak. Mereka menginginkan hal tersebut dirapatkan dulu oleh PPKI. Namun golongan muda menolak. Mereka menginginkan kemerdekaan Indonesia diproklamirkan sekarang juga agar tidak terkesan kemerdekaan Indonesia sebagai hadiah dari Jepang. Setelah terjadi depat panjang, Bung Karno tidak dapat berbuat apa – apa selain mengiyakan keinginan mereka.
Pada tanggal 17 agustus dinihari, teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik di rumah Laksana Muda Maeda. Setelah selesai, naskah tersebut dibacakan didepan seluruh rakyat yang hadir di Jalan Pegangsaan Timur No.56. Rakyat yang hadir pada waktu itu dilanda perasaan suka cita. Babak baru masa depan Indonesia sudah dimulai. Bangsa Indonesia bisa memutuskan masa depan mereka sendiri tanpa adanya campur tangan bangsa asing.
Itulah cerita singkat sejarah perjalanan bangsa Indonesia sebelum proklamasi. Sudah sepantasnya kita menjaga kedaulatan negeri kita sendiri agar darah dan keringat yang keluar dari para pejuang terdahulu tidak sia – sia.
Semoga kita bisa menghargai sejarah bangsa kita sendiri.

Sumber: http://travel.detik.com/read/2014/08/08/181011/2657269/1382/jepang-segera-hapus-grafiti-indonesia-di-gunung-fuji dan http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Rengasdengklok

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho