Islamisasi Sains dan Kampus
21.07.00
Hatiku dag – dig – dug saat ini. Tubuhku berkeringat. Apakah ada yang menggangguku saat ini?
Cerita – cerita fiksi bertema cinta sering kubaca. Semuanya bullshit. Tak ada yang kupercaya. Tayangan sinetron sungguh mengganggu. Mengapa cerita bertema cinta selalu menarik untuk dibahas? Aku tak tahu penyebabnya. Diandra pun pergi entah kemana. Padahal aku sangat mencintainya sepenuh hati. Tentang dirinya selalu ku tulis. Kegelisahan dirinya, kekecewaannya, hasratnya yang menggebu-gebu, juga selalu kurasa. Namun apa daya. Aku tak bisa memenuhi keinginan dirinya. Masih ada yang harus kuselesaikan terlebih dahulu. Baru aku bisa mendatangi dirinya. Memenuhi cita-cita bersama. Aku tahu, dia sungguh mencintaiku. Aku merasakannya. Gerak tubuhnya bercerita. Ah, apa daya. Aku belum bisa memenuhi keinginannya.
***
Setiap permasalahan yang memenuhi otakku dan aku tak bisa menjawabnya, selalu ku jawab dengan entah. Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi rongga kepala. Tuhan, liberalisme, islamisasi sains dan kampus, desekularisasi dan lain sebagainya. Akhir-akhir ini aku sering mengikuti tulisan-tulisan yang ada di Facebook. Terutama dari orang-orang INSISTS dan MIUMI. Menarik. Terutama ide – ide dari DR. Adian Husaini dan Hamid Fahmy Zarkasyi. Wacana keagamaan yang berkaitan dengan liberalisme dan cara untuk membasmi ide tersebut masuk kedalam otak. Memang aku sangat suka dengan ide tersebut. Bahkan aku sampai berjanji dalam hati untuk membasmi ide tersebut sampai ke akar-akarnya. Liberalisme itu bukan hanya tentang JIL. Menurut DR. Adian Husaini, ia hanya kelompok kecil yang – kebetulan – meng – asong ide tersebut. Kalau dirunut lebih jauh, ternyata ide tersebut berasal dari Hamid Nasr Abu Zayd. Entah itu benar atau tidak. Karena aku belum membacanya. Aku juga sekarang mulai berhati-hati dengan buku-buku yang kubaca. Apalagi yang berkaitan dengan sastra. Aku lebih suka membaca novelnya Habiburrahman El shirazy atau Asma Nadia ketimbang yang lainnya. Aku tak ingin masuk kedalam fase masa lalu. Ketika aku masih liberal waktu itu. Filsafat bagiku omong kosong. Karena ia telah membuat diriku jadi liberal. Tidak benar juga memang, namun jika tidak kuat memahaminya, malah akan tersesat nantinya. Bisa jadi, nantinya malah mempertanyakan Tuhan. Eksistensinya. Atau lebih parah, bisa menggugat Islam. Padahal, Islam itu rahmatan Lil ‘alamin. Dengan mengikuti perintah Allah, maka kamu akan selamat. Didunia maupun diakhirat. Sekurang-kurangnya sholat jangan pernah ditinggal. Barang satu waktu pun. Sebenarnya, dengan menjaga sholat, tidak akan pernah jadi liberal, InsyaAllah. Karena Allah akan menjagamu dari hal-hal yang dilarang Allah. Oh iya, demi mengikuti ide – ide dari orang-orang INSISTS, aku membaca sebuah majalah Islamia yang mana dimajalah tersebut membahas hal-hal yang bersifat filosofis. Yang pastinya juga mengkritik ide – ide dari kaum sekularis dan liberalis.
Ngomong – ngomong, Muhammad Idrus Ramli disebut-sebut oleh DR. Adian Husaini masuk kedalam organisasi MIUMI. Entah ia masih aktif atau tidak.
By the why, guru besar dari orang yang mewacanakan ide tentang desekularisasi dan islamisasi sains dan kampus itu adalah Syed Naquib Alatas. Aku pernah membaca tulisan beliau. Menarik sekali. Ia mengkonsep ulang istilah ta'dib. Nanti jika aku ingat definisi ta'dib menurut beliau, akan kujabarkan disini. Ah, masih tersisa banyak baris yang musti kutulis disini. Terkait tentang ISK dan sebagainya. Tak ada lagi yang bisa kutulis disini tentang itu. Aku kehabisan ide tulisan. Ada yang mau menyumbang ide? Silahkan tulis di kolom komentar dibawah ini. Thanks. |
0 komentar
tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho