semangat dan target atau rencana

07.02.00

Aku mencoba untuk menghidupkan kembali semangat yang sempat redup. Target atau rencana yang seharusnya mulai kukerjakan sekarang, aku tata ulang kembali. Agar amanah yang aku emban bisa kukerjakan dengan maksimal meski kuakui, sangat berat.
Letak beratnya mengerjakan amanah yang dibebankan kepadaku adalah keharusanku untuk menata ulang kembali target – target atau rencana – rencana yang telah kususun sebelumnya. Ini tahun kedua aku menyusun kembali dan mengalah karena keadaan yang memaksa. Tapi, apa mau dikata? Lisan sudah berucap, “oke. Akan aku jalankan amanah ini dengan baik.”
Tadi siang, aku main kekantor Rumah Zakat. Menaruh proposal untuk acara tahunan Badaris yang akan dilaksanakan pada akhir tahun. Aku ditanggapi kurang enak oleh salah seorang karyawan disana. Dia memberitahu, seharusnya proposal ditaruh sebulan sebelumnya atau pada bulan November. Aku tak bisa berkelit. Lebih tepatnya tak mau membantah. Sebab, aku mafhum dengan kesalahan sendiri. Yang penting bagiku saat itu adalah melaksanakan amanah yang telah diberikan kepadaku. Semoga setelah ini aku bisa memperbaiki kesalahanku.
Banyak kesalahan – kesalahan yang kulakukan selama aku menjabat sebagai ketua cabang Badaris Fatmawati yang bermuara kepada satu hal; lari dari amanah. Pada saat aku berbicara kepada sahabatku kala itu, aku sangat berharap kata yang terucap adalah, “baik. Kami terima keputusan nte untuk mundur sebagai ketua.” Tapi yang terucap dari lisan mereka adalah, “jangan berkecil hati. Jalankan saja amanah ini dengan sepenuh hati. Ada kebaikan didalamnya yang sejatinya bisa kau lakukan.” Aku mencoba untuk berhusnudzzon kepada mereka. Dan kepada Allah. Semoga dibebankannya aku menjadi ketua Badaris bisa menjadi ladang kebaikan untukku dan semoga bisa berimbas baik untuk masa depanku nantinya.
Sebenarnya kalau aku diperbolehkan mundur dari jabatan tersebut, ada beberapa rencana yang ingin kujalankan selain mulai menulis novel. Salah satunya adalah bergabung dengan Forum Lingkar Pena. Forum kepenulisan yang dibentuk oleh dua orang bersaudara – yang kukagumi bernama Asma Nadia dan Helvy Tiana Rosa. Dua tokoh sastra muslimah yang sangat inspiratif. Yang berhasil melahirkan para pejuang pena.
Tujuanku ikut bergabung dengan Forum Lingkar Pena adalah mencari teman –teman yang satu visi denganku. Aku ingin sekali menulis buku fiksi. Menulis novel. Aku ingin bisa merilis novel setahun sekali. Aku ingin dikenal oleh masyarakat sebagai novelis. Aku ingin berjuang lewat dunia fiksi.
Demi menjaga semangat menulis, aku selalu stock buku atau novel untuk kubaca. Harus selalu ada didalam tas dan tidak boleh tidak ada. Saat selesai membaca, harus selalu ada buku baru didalam tas. Yang akan kubaca saat senggang. Agar aku bisa selalu membeli buku baru, aku harus menyisihkan uang lima ribu rupiah tiga hari sekali. Alhamdulillah, selama ini aku tidak kehabisan stock buku. Meski buku – buku yang kubeli adalah buku bekas. Dan alhamdulillah juga, beberapa teman tertarik dengan buku – buku yang kupunya. Mereka pinjam. Dan saat aku buat postingan ini, ada dua buku yang ada ditangan teman. Sekali lagi, alhamdulillah.
Aku tutup postingan blog ini dengan sebuah quote dari Pramoedya Ananta Toer yang berbunyi:
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”



  • Share:

You Might Also Like

4 komentar

  1. Bahasanya puitis kali engkau.. Salam kenal gan

    BalasHapus
    Balasan
    1. kebetulan saya suka sastra gan. jadi karena itu jadi puitis. yang pesannya sampai kan?
      salam kenal juga :)

      Hapus

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho