Ramadhan Yang Telah Berlalu

13.25.00


Rasanya susah sekali untuk istiqomah update blog seminggu sekali. Padahal hanya satu halaman dan tema yang dibahas juga bebas. Tidak ada batasan sama sekali untuk tema yang dibahas. Mungkin karena aku terlalu terpaku dengan GM dan sangat ingin sekali tulisanku seperti GM, membuat otakku jadi buntu. Membuat aku selalu berfikir, “sudah seperti GM belum sih, tulisanku?” atau, “tulisanku sudah cukup ilmiah belum, sih?”
Bulan Syawwal. Bulan yang hadir setelah Ramadhan berlalu. Awal bulan Syawwal selalu disebut iedul fithri. Dimana umat islam diseluruh dunia diperbolehkan makan dan minum disiang hari setelah bulan sebelumnya, yaitu bulan Ramadhan, diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan penuh. Tidak boleh makan dan minum setelah terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Dianjurkan untuk makan sebelum dilaksanakannya sholat ied sebagai pertanda bahwa kita tidak diwajibkan lagi untuk berpuasa.
Aku menyesal karena aku tidak bisa memaksimalkan Ramadhan tahun ini. Sampai – sampai, menurutku, ini Ramadhan paling buruk yang pernah kujalani selama hidupku. Tarawih, sangat jarang dilakukan. Hanya lima hari pertama rajin melakukannya. Dua puluh lima hari berikutnya aku jarang sekali ikut tarawih berjamaah dimasjid. Kalaupun dilakukan, bolong – bolong. Alias tidak ikut sholat tarawih secara penuh. Ada saja yang kulakukan untuk menunggu sholat tarawih selesai. Biasanya, main HP. WA - an atau buka sosial media seperti Facebook atau Twitter. Pun, membaca alqur’an tidak sesuai target.
Apa yang menyebabkan aku tidak bisa maksimal dalam menjalani puasa Ramadhan tahun ini?
Mungkin karena aku sudah terlalu menikmati mengerjakan hal – hal yang dilarang oleh Allah SWT.
Banyak maksiat yang kulakukan yang tidak mungkin aku ceritakan disini karena terlalu pribadi. Okelah, sebutlah salah satunya yaitu meninggalkan sholat. Sangat memalukan sekali, sih, hal tersebut. Terlebih, aku ingin sekali menjadi penghafal alqur’an 30 juz. Harusnya, menjaga sholat lima waktu bukanlah suatu perkara yang sulit dijalankan. Bahkan harusnya dirindukan. Ah, entahlah. Kenapa sampai sekarang aku sulit menjaga sholat lima waktu tersebut. Imanku terlalu tipis hingga membuat aku sulit menjaga sholat lima waktu.
Aku harus perbaiki sholatku ini agar aku mudah dalam menghafal alqur’an. Lagipula, sangat tidak lucu, seorang penghafal alqur’an kesulitan menjaga sholat lima waktunya. Menjaga sholat lima waktu saja susah, apalagi menjaga hafalannya agar tetap melekat diotak.
Bicara tentang menghafal alqur’an, aku jadi ingat tentang muroja’ah hafalan yang harus dilakukan seorang penghafal alqur’an agar hafalannya tetap melekat hingga akhir hayat. Aku malas sekali murojaah. Padahal hafalan alqur’an yang telah dihafal cukup banyak. Sangat disayangkan kalau ayat – ayat alqur’an yang telah dihafal menguap begitu saja dikarenakan malas murojaah. Paling tidak, murojaah satu juz sehari itu harus dilakukan agar hafalan tetap melekat diotak.
Harusnya sih, tidak terlalu sulit murojaah hafalan satu juz sehari. Kalau dihitung – hitung, kira – kira, waktu untuk murojaah hafalan satu juz itu satu jam. Satu jam setengahlah ditambah dengan selingan. Masa tidak bisa menyediakan waktu satu jam dari 24 jam dalam sehari untuk murojaah alqur’an. Kemana aja, bung satu harian penuhmu itu?
Nyatanya, sulit sekali menyediakan waktu satu jam untuk murojaah. Aku lebih suka menghabiskan waktu untuk internetan: menonton video di Youtube atau baca artikel tentang apapun ketimbang murojaah. Ah, betapa tidak efektifnya waktuku. Sampai – sampai aku jadi berujar kepada diri sendiri, “sepertinya aku butuh hidayah agar bisa konsisten murojaah hafalan”

  • Share:

You Might Also Like

5 komentar

  1. Tetap semangat mas, untuk menjadi yg lebih baik lagi. Bulatkan niat yg terpenting :))

    BalasHapus
  2. Di awal sudah bahas masalah update blog, sama seperti saya berarti masalahnya hehehhe...

    BalasHapus

tinggalkan jejak dibawah ini
PS:
sekiranya ingin menambah tali silaturrahim, silahkan follow twitter saya di @RealRiMuTho